Malam ini entah mengapa mataku tak bisa kupejamkan, mungkin barangkali karena kopi susu kental ku yang ala Gendut (Gunawan )yang dulu kerja di Kantin Mak Ni sewaktu kuliah. Kopinya memang biasa tapi karena kopi dan susu yang banyak tanpa gula itulah membuat kopi ini menjadi mantap sekali. Tengkyu gendut.
Entah mau memikirkan apa akhirnya dari pada bengong hari dah larut, ntar malah mikirnya yang macem-macem. Akhirnya saya coba-coba mengingat kejadian hari ini. Tadi sewaktu di sekolah tempatku bekerja (jadi office boy)saya buka2 pesbuk dan blog kawan-kawan. Menarik membaca tulisan-tulisan kawan-kawanku yang semakin progresif. Salah satu tema yang dua kali muncul adalah tentang pesbuk, yang pertama mengatakan bahwa pesbuk dapat mempengaruhi nilai mahasiswa (entah penelitian siapa) dan tulisan yang kedua juga mengatakan bahwa pesbuk akan mengurangi kedalaman arti dari kerinduan karena pesbuk menghilangkan jarak yang memisahkan jarak. Kalian bebas untuk menilai kedua tulisan tadi.
Setalah sholat isya, seorang kawan lama yang sedang bernostalgia dengan masa lalu yang begitu indah dengan “kasih tak sampainya”. Saya sebagai cecurut yang pernah dekat dengannya dapat merasakan kerinduan dan perihnya campur manis saat mengingat masa-masa kuliah dulu. Entah apa kenangan itu muncul dengan segala keindahan dan harapan saat dulu, dan menumbuhkan rasa cinta (hanya kawanku tadi yang bisa memastikan nya apakah itu cinta ato kenangan indah sesaat) yang begitu menggoda. Perlu diketahui saat ini ia telah mempunyai keluarga yang utuh.
Saya dengan ingatan segar dapat mengingat beberapa hari lalu ia pernah mengatakan bahwa gara-gara pesbuk kawanku tadi terbuai oleh kenangan-kenangan sewaktu kuliah dulu, terutama kenangan dengan si “kasih tak sampai” tadi.
Awalnya saya sangat males untuk komentar ini itu tentang pesbuk (males aja), tapi malam ini karena dari pada bengong melongo gak jelas, acara tv juga gitu-gitu aja, saya coba kasih pendapat tentang pesbuk.
Entah bagaimana kritik berbagai pendapat tentang pesbuk ,
(stop!!! Upz.. saya ingat tadi ada juga puisi tentang “pesbuk dan ibu”,kira-kira begini: pesbuk dan ibu erat sekali hubungannya, setiap abis mandi;persbuk, buka notebook; pesbuk, nanti kalo mati notebook dibawa kesurga untuk pesbuk-an dengan orang-orang neraka. Gitulah kira-kira terserah interpretasi kalian)
Oya saya teruskan, entah bagaimana kritik dari berbagai pendapat tentang pesbuk, apakah ia dapat mengurangi nilai, ataukah mengurangi arti kerinduan dan pertemuan yang lama dinanti, ataukah dapat mempengaruhi rasa cinta yang muncul kembali, saya katakan semua hal itu benar dan bisa juga tidak sepenuhnya salah. Sama dengan bila saya melihat sebuah gelas yang terisi air setengah, bisa saja saya mengatakan gelas itu setengah berisi atao setengah kosong, maka begitu pula pesbuk sebagai fenomena tekhnologi informatika baru yang bisa dipandang dari dua sisi yang berbeda pula, positif atao negatif.
Fenomena pesbuk adalah salah satu dari berbagai perubahan dalam kehidupan. Tentunya kalian sudah tau dengan sebuah jargon “tak ada yang bisa lepas dari perubahan kecuali perubahan itu sendiri” (susah banget sih mengingat kata-kata itu, mohon kritik bila salah). Lalu intinya menurut saya berdasarkan ilmu saya yang hanya sebatas t**/kotoran (meminjam istilah dari sahabat saya), setiap individu bebas memilih dan memutuskan dengan tanggung jawab dalam menghadapi sebuah perubahan (menurut tokoh2 Eksistensial humanistic). Bagaimanapun keadaan suatu perubahan, apapun bentuk dan rupanya, individu sebagai pribadi mandiri harus mampu menghadapinya dan tak boleh tenggelam oleh perubahan serta bersikap terbaik meskipun pada kondisi terburuk sekalipun (Mario teguh).
Itu sudah….. (hiks hiks garing yach)