Minggu, 29 Maret 2009

SAAT REMAJA MULAI MENJADI BENGAL

Memiliki buah hati adalah anugrah dari Allah SWT sekaligus mengemban amanah dari-NYA sebagai orang tua pilihan. Rasa tanggung jawab akan amanah inilah yang membuat para orang tua mendidik sekaligus membesarkan anak agar menjadi anak yang sholeh dan sholehah. Tujuan orang tua yang mulia ini tidak lepas akan ujian, sebagaimana salah satu wali murid kami yang kini anaknya duduk di bangku SMP merasa anaknya mengalami perubahan pada diri anaknya yakni ananda sudah mulai suka berteriak apabila membantah atau tidak sepakat dengan saya, ananda malah dengar-dengar mengumpat atau berkata tidak sopan pendek kata ustadz anak saya sepertinya sudah menjadi ”pemberontak.” Kenapa remaja mulai seperti ini? Kejadian ini mungkin tidak saja dialami oleh pasangan orang tua ini saja bisa jadi terjadi pada orang tua lain yang kini tengah memiliki anak remaja.

Menurut Harlock, masa remaja dianggap sebagai masa ”badai dan tekanan” dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Perubahan remaja yang demikian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

  1. Pengaruh kondisi sosial baru yang remaja hadapi memberi pengaruh besar sebagai konsekwensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru. Oleh karena itu sering kali emosi remaja bersifat meledak-ledak, tidak terkendali dan tampak irasional.
  2. Masa irasional. Remaja memandang kehidupan dari kacamata dirinya, ia melihat dirinya dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan bukan apa adanya.
  3. Emosi yang belum matang sebagai bagian dari transisi perubahan dari masa kanak-kanak dan puber. Perubahan fisik yang cepat saat puber seperti tumbuhnya jerawat, membesarnya bagian tubuh tertentu kadang kurang disikapi positif oleh remaja dengan menganggap dirinya tidak sesuai dengan standar budaya yang berlaku sehingga menjadi sumber kegelisahan
  4. Mencari identitas. Kuatnya pengaruh kelompok sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku lebih besar daipada pengaruh keluarga. Misalnya mereka terbiasa berbicara keras agar dapat brpeluang lebih besar diakui sebagai bagian kelompoknya.

Pada hakekatnya sikap memberontak remaja jika tidak sesuai dengan norma adalah salah maka harus kita luruskan bersama. Untuk itu perlu disadari dalam proses mengarahkan ananda perlu mempertimbangkan proses tumbuh kembangnya sebagai berikut:

  1. Proses penataan nilai sosial baru, artinya remaja mulai memilih teman sebaya berdasarkan minat dan nilai-nilai yang sama yang dapat saling mengerti dan membuat mereka nyaman kepadanya ia dapat mempercayakan masalah-masalah yang tidak dapat dibicarakan dengan orang tua atau guru.
  2. Proses kematangan berfikir. Remaja belajar bagaimana mensikapi dirinya, dengan bertambahnya pengalaman pribadi dan pengalaman sosial dan meningkatnya kemampuan berfikir rasional, mereka akan mensikapi kehidupan ini lebih realistik.
  3. Perubahan relegius, maksudnya banyak anak mulai mempertanyakan konsep dan keyakinan baik itu agama atau norma-norma yang berlaku di masyarakat saat kanak-kanak, mereka mulai belajar memahami hakekat agama itu.

Agar menjadi remaja yang sholeh maka perlu membumikan nilai-nilai kesholehan.. Maka sebagai orang tua tips yang dapat dilakukan agar proses perubahan ini adalah :

  1. Agar lebih rasional, dampingi mereka dengan dialog dengan memberikan wawasan pengetahuan dan sosial agar mereka mempunyai banyak alternatif-alternatif pilihan sehingga proses kedewasaan berfikir menjadi lebih cepat.
  2. Mengasuh secara positif tidak menghukum, tetapi menyesuaikan (mengurangi) hak istimewa anak bila perlu. Walaupun anak mungkin menentang peraturan ini, sebagian dirinya bersyukur bahwa orang tua mereka masih bertanggung jawab atas dirinya, setelah remaja terbukti dapat dipercaya hendaknya diberi kepercayaan lebih besar.
  3. Untuk belajar mengekspresikan sopan, remaja hanya perlu kembali ke dalam kendali orangtunya, kalau diberi waktu menyendiri (misal 2 jam jangan terlalu lama), ia akan mempunyai kesempatan berfikir untuk merasa bahwa ia sedang dibimbimbing orangtuanya.
  4. Sempatkan berkomunikasi dengan mereka sekaligus memberikan nasehat bila perlu, nabipun pernah memberikan nasehat Umar bin Abu Salamah saat kecil ketika ia hendak makan padahal ia dipangku beliau. Sabdanya,”Hai anak muda, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah yang ada didekatmu” (HR. Ahmad)
  5. Memberikan tauladan dari semua sikap, cara Nabi Muhammad SAW dalam mensholehkan umat terbukti efektif lewat tauladan di setiap aspek kehidupan melalui perangainya. Menurut Jhon Gray, anak berumur berapapun belajar paling banyak dengan bersikap kooperatif dan meniru.
READ MORE - SAAT REMAJA MULAI MENJADI BENGAL

Senin, 23 Maret 2009

pendidikan
READ MORE -

Jumat, 20 Maret 2009

Lupa Peta


READ MORE - Lupa Peta

Kamis, 19 Maret 2009

Mz Pa-enG: Membaca Tanda

READ MORE - Mz Pa-enG: Membaca Tanda

Minggu, 15 Maret 2009

Cara Menghadapi Siswa Hiperaktif


READ MORE - Cara Menghadapi Siswa Hiperaktif